Saturday 9 February 2013

Mengelola Kastrat (Bagian 3: Merancang Gerakan)






Ahmad Rizky M. Umar
Pernah bergiat di Departemen Kajian Strategis BEM KM UGM 2008-2012





Proses yang perlu dilakukan oleh mahasiswa sebelum ambil turun ke jalan adalah merancang strategi gerakan apa yang perlu dilakukan untuk mengawal sebuah isu. Gerakan mahasiswa bukanlah gerakananomie yang tiba-tiba turun dan tiba-tiba pula senyap. Ada proses perencanaan strategi gerakan yang perlu dilakukan. Banyak gerakan  -termasuk saya sendiri dulu- abai dalam hal ini dan terjebak pada pengorganisasian-pengorganisasian yang lebih bersifat teknis.  

Kastrat memiliki peran yang sangat besar untuk melakukan perencanaan strategis gerakan tersebut. Di bagian sebelumnya, kita telah membahas secara detail bagaimana Kastrat melakukan analisis dan penyikapan sebuah isu. Setelah menganalisis dan menyikapi isu, tugas organisasi pergerakan adalah mengawal isu tersebut. Bagian ini memang bukan hanya domain  Kastrat, tetapi bisa juga berkolaborasi dengan Departemen lain. Tetapi, Kastrat punya peran besar untuk merancang strategi dan taktik gerakan apa yang perlu dipakai untuk mengawal isu tersebut.

Apa itu Strategi dan Taktik?
Menurut Dahlan Ranuwiharjo, Ketua Umum PB HMI dan pemimpin mahasiswa Indonesia di tahun 1950an, strategi adalah menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu guna mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaimana menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat tertentu.

Dalam konteks pergerakan mahasiswa, strategi dapat dipandang sebagai sebuah cara umum untuk memperjuangkan kepentingan mahasiswa secara jangka-panjang. Sementara itu, taktik adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan strategi tersebut guna mencapai tujuan utama yang dicita-citakan. Taktik mengacu pada strategi yang dirumuskan. Seluruh aktivitas organisasi secara eksternal bergantung pada bagaimana strategi itu dijalankan.

Posisi Kastrat penting untuk merancang dan merumuskan strategi tersebut. Kastrat memang tidak bertanggung jawab langsung pada pelaksanaan strategi dan taktik itu di lapangan. Tetapi sebagai think tank, Kastrat punya tanggung jawab yang sangat signifikan untuk memastikan strategi dan taktik berjalan demi terpenuhinya tujuan perjuangan.

Mengapa Strategi dan Taktik Penting?
Mengapa Kastrat perlu merumuskan strategi dan taktik perjuangan organisasi? Aktivitas pergerakan mahasiswa bukanlah aktivitas pencitraan. Sehingga, seakan-akan demonstrasi hanya untuk memenuhi 'hasrat' turun ke jalan mahasiswa tanpa perencanaan strategis yang matang. Sikap seperti ini perlu diluruskan oleh gerakan mahasiswa. Jika organisasi mahasiswa telah mendeklarasikan dirinya sebagai organisasi pergerakan, aktivitas yang mereka lakukan perlu dirancang secara terorganisir dengan karakter intelektual yang menonjol.

Adalah Vladimir Lenin yang mengingatkan kita pada pentingnya sebuah gerakan yang terorganisir, tidak sekadar turun ke jalan. Tahun 1905, Lenin menulis risalahnya yang hingga kini menjadi acuan bagi gerakan-gerakan kiri: 'What is To Be Done?"Lenin memulai dengan sebuah argumenn: pengorganisasian gerakan akan sangat bergantung pada kesadaran massa. Menurut Lenin, gerakan massa bukanlah gerakan yang asal hadir dan asal melakukan kegiatan tanpa tahu apa yang harus ia lakukan dan apa yang (tidak) harus dilakukan. Ia kemudian menawarkan sebuah tesisnya yang cukup terkenal: 'Tanpa teori revolusioner, takkan ada praktik revolusioner'.

Teori dan praktik memiliki kesalingterkaitan satu sama lain bagi sebuah gerakan massa. Gerakan mesti punya 'teori' yang cukup kuat untuk melakukan perlawanan, yang mana 'teori' itu harus senantiasa dibenturkan dengan realitas, didialektikakan oleh para pegiatnya, dijadikan acuan bagi strategi dan taktik gerakan, sehingga tujuan gerakan bisa tercapai. Ini pula yang disebut oleh Ernest Mandel, seorang sosiolog Marxis Belgia, sebagai 'kesatuan teori dan praksis' ketika berbicara tentang gerakan mahasiswa.

Dengan perlunya kesatuan teori dan praksis, maka gerakan mahasiswa perlu merumuskan metode-metode praktisnya sesuai acuan teoretis yang sudah ada. Acuan teoretis bagi gerakan mahasiswa adalah analisis yang diberikan oleh Kastrat. Acuan analisis yang diberikan oleh Kastrat itu harus memiliki implikasi pada agenda perubahan yang diberikan oleh gerakan. Oleh sebab itu, dari analisis, Kastrat perlu bergerak ke arah 'strategi' dan 'taktik' untuk kemudian dapat diterjemahkan melalui bentuk-bentuk gerakan yang lebih konkret.

Fungsi Strategi dan Taktik
Secara umum, tugas strategi dan taktik adalah adalah menciptakan, memelihara, dan menambah syarat-syarat yang akan membawa kepada tujuan. Strategi bertugas mengantarkan gerakan sampai pada tujuan pergerakan yang telah ditetapkan. Strategi akan membantu organisasi untuk mengorganisir semua kekuatan dan semua potensi sumber daya yang dimilikinya, untuk dapat digunakan secara cerdas dalam menentukan dan mengidentifikasikkan  posisi gerakan, posisi lawan, cara untuk menghancurkan posisi lawan, hingga agenda-agenda taktis apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Dengan demikian Strategi dan Taktik memiliki beberapa fungsi penting:

(1) Mengidentifikasikan Kawan dan Lawan
Dalam bergerak, kawan dan lawan harus diidentifikasikan secara jelas. Posisi 'kawan' akan memudahkan organisasi dalam membangun aliansi dan jejaring strategis yang bisa menjadi mitra dalam pergerakan, sementara lawan akan memudahkan organisasi dalam menentukan apa yang mesti dilawan oleh organisasi. Stratak akan mengidentifikasikan mereka secara lebih jelas. Ini penting agar aksi-aksi mahasiswa tidak hanya memenuhi hasrat turun ke jalan, tetapi juga dilandasi pemetaan posisi dan aktor yang jelas.

(2) Memberikan Acuan Waktu dan Cara Bertindak
Gerakan perlu memiliki timing dalam bergerak. Kapan organisasi harus bergerak dan kapan ia harus berada dalam posisi diam. Dengan stratak, acuan waktu dapat didefinisikan dengan jelas. Acuan waktu itu juga akan menentukan cara apa yang ditempuh  oleh organisasi. Tugas Kastrat-lah untuk mendefinisikan hal-hal tersebut.

(3) Menentukan Target dan Capaian Gerakan
Gerakan perlu pula menentukan target apa yang akan dicapai oleh gerakan. Target didefinisikan dengan jelas dan terang, tidak abstrak. Target akan ditentukan melalui strategi dan taktik gerakan. Penentuan target yang tepat akan memberikan acuan apa saja yang harus dilakukan gerakan, juga penghalang apa yang kira-kira ada dalam pergerakan tersebut. Ini juga menjadi tugas Kastrat untuk mendefinisikannya.

(4) Memberikan Tolak Ukur Evaluasi Gerak
Karena gerakan punya target yang didefinisikan dengan jelas, maka acuan evaluasinya juga harus jelas. Ini perlu agar secara rutin organisasi dapat mengevaluasi capaian pergerakannya sehingga gerakan tidak berhenti di tengah jalan karena 'kehabisan bensin' tetapi juga perlu cara-cara yang dipikirkan di awal untuk mengantisipasi fenomena semacam ini.

Sebagai contoh, organisasi bertujuan untuk mencabut UU Pendidikan Tinggi. Maka, strategi untuk mencabut UU tersebut perlu dirumuskan, beserta langkah-langkah taktis apa yang akan dilakukan untuk mencabut UU itu. Organisasi perlu merumuskan cara apa yang akan ditempuh, waktu apa saja yang digunakan untuk menghidupkan isu tersebut. Selain itu, targetan taktis dan acuan evaluasinya juga perlu disiapkan, semisal pengajuan draft gugatan ke Mahkamah Konstitusi. dan lain sebagainya.

Perlu dicatat, Strategi dan Taktik perlu dirumuskan secara fleksibel, memperhatikan keadaan mental dan sumber daya gerakan. Jika sumber daya organisasi tidak memungkinkan, seperti kondisi staf yang tidak prima atau kondisi eksternal yang kurang mendukung, organisasi tidak perlu memaksakan isu. Berkonsentrasilah pada penguatan organisasi sembari menyiapkan gerakan yang lebih besar.

Merancang Strategi
Bagaimana merancang strategi bagi gerakan? Ada banyak pilihan yang sebenarnya bisa diambil atau dibuat oleh Kastrat secara kreatif. Sebab, strategi akan menyesuaikan medan yang dihadapi oleh gerakan. Tetapi, secara garis besar, ada beberapa hal yang mungkin bermanfaat sebagai panduan.

(1) Memetakan Kondisi Lapangan
Langkah pertama yang perlu dilakukan Kastrat adalah memetakan kondisi lapangan. Berarti, kader-kader Kastrat mesti mengetahui semua informasi tentang isu yang dihadapi dan sudah dianalisis secara mendetail. Informasi lapangan bisa didasarkan atas analisis dan data yang dimiliki oleh riset. Pemetaan kondisi lapangan penting agar Kastrat tahu 'medan' seperti apa yang akan dihadapi oleh gerakan.

Apa saja yang mesti dipetakan oleh Kastrat? Ada beberapa hal penting. Pertama, aktor.  Semua pihak yang terlibat dalam sebuah isu harus dipetakan dan dilihat perannya, sekecil apapun. Kedua, lokasi. Kastrat harus tahu di wilayah apa isu itu beredar dan seberapa besar dampaknya. Ketiga, situasi. Ini berarti Kastrat harus memetakan bagaimana situasi gerakan yang ada di luar terkait penyikapan isu tersebut dan bagaimana dampaknya bagi organisasi.

Sebagai contoh, jika Kastrat ingin menyikapi UU Pendidikan Tinggi, maka Kastrat harus memetakan beberapa hal berikut: Pertama, siapa saja yang terlibat? Kita mungkin akan menemukan: Bank Dunia, Dirjen Dikti, Mahkamah Konstitusi, Universitas, DPR, BEM, Gerakan mahasiswa ekstrakampus, dan lembaga masyarakat sipil. Kedua, ia berada di wilayah apa? Ia bisa berada di wilayah nasional dan kampus, di mana di wilayah nasional ia beroperasi di area hukum, dan di wilayah kampus area operasionalnya adalah pada tata kelola perguruan tinggi. Ketiga, ia berada pada situasi politik yang seperti apa? UU Pendidikan Tinggi, jika kita petakan, berada pada tarikan isu banjir jakarta, kenaikan harga BBM, kenaikan TDL, dan isu lain yang lebih menarik perhatian mahasiswa karena bisa menghasilkan gerakan yang lebih massif.

Dengan pemetaan yang komprehensif, kita bisa mengetahui dan menempatkan posisi apa yang ingin diambil oleh organisasi pergerakan mahasiswa dalam menyikapi isu tersebut. Ini perlu jadi bahan perhatian Kastrat.

(2) Mengetahui Kekuatan Organisasi
Setelah memetakan kondisi lapangan, hendaknya dipetakan juga bagaimana kekuatan organisasi atau kekuatan jaringan untuk menyikapi isu yang ada. Jangan bergerak tanpa kekuatan. Ini penting karena kekuatan organisasi menjadi parameter gerakan apa yang akan dibuat oleh organisasi.

Salah satu tugas stratak adalah untuk mempertahankan dan menambah kekuatan serta posisi sendiri. Dalam salah satu hukum stratak, pihak yang kekuatannya kecil tidak boleh menyerang yang punya kekuatan besar. Oleh sebab itu, perlu didefinisikan kekuatan organisasi untuk memastikan kekuatan organisasi bisa memadai untuk melemahkan dan menghancurkan kekuatan serta posisi lawan. 

Bagaimana kita memetakan kekuatan organisasi? Yang bisa dilihat adalah sumber daya apa saja yang dimiliki organisasi dan potensi sumber daya apa yang bisa diperoleh dengan menggunakan sumber daya yang sudah ada. Sumber daya itu bisa sumber daya finansial (karena gerakan perlu 'bensin' agar tidak mogok di tengah jalan), sumber daya manusia, atau sumber daya jaringan yang bisa menutupi kedua sumber daya tersebut. Sumber daya ini akan jadi 'mesin' yang menggerakkan gerakan dan roda organisasi ke depan.

Bagi Kastrat, penting untuk tidak terpaku pada sumber daya yang konvensional tersebut. Kastrat bisa melipatgandakan sumber daya yang lain: pengetahuan dan informasi. Keahlian dalam menganalisis dan mengumpulkan informasi akan menjadi sumber daya baru dan bisa juga menjadi alat untuk merumuskan strategi gerakan. Sebab, pertarungan di era kapitalisme global akan lebih banyak ditentukan oleh siapa yang menguasai informasi dan bagaimana informasi itu digunakan untuk memukul posisi lawan. Maka dari itu, pengetahuan menjadi sangat penting.

Sebagai contoh, untuk mengawal kasus UU Pendidikan Tinggi, organisasi perlu memikirkan sumber daya apa saja yang tersedia: seberapa banyak informasi dan data tentang UU ini dikumpulkan, adakah ahli hukum yang bisa mempreteli UU ini, berapa dana yang tersedia, dan potensi jaringan apa yang dimiliki untuk mengawal isu ini. Kekuatan ini bisa saja dilipatgandakan jika ada potensi sumber daya lain yang bisa diambil. Jika kekuatan bisa dipetakan, kekuatan bisa diakumulasi untuk menjadi basis kekuatan baru gerakan.

Dengan memetakan kekuatan, organisasi bisa 'mengukur diri' untuk selanjutnya memikirkan daya ubah apa yang kira-kira bisa diambil oleh organisasi untuk mempengaruhi konstelasi sosial politik yang ada. Di sinilah Kastrat memainkan peran yang sangat penting bagi gerakan mahasiswa.

(3) Menempatkan Posisi
Setelah pemetaan kondisi dilakukan dan kondisi objektif politik sudah dapat didefinisikan, juga kekuatan organisasi sudah diketahui, Kastrat perlu menempatkan posisi organisasi pada peta tersebut. Penempatan posisi tersebut sangat erat kaitannya dengan sikap apa yang diambil oleh organisasi. Sikap tersebut akan membelah peta: mana yang akan menjadi kawan -atau mitra organisasi- dan mana yang akan menjadi lawan.

Pemetaan kawan dan lawan ini penting karena dalam peta percaturan politik nasional, organisasi mahasiswa tidak bergerak sendiri. Ada banyak organisasi lain yang juga punya kecenderungan sikap yang sama pada isu tersebut. Persoalannya, apakah organisasi tersebut tergabung dalam aliansi besar? Jika belum ada, bisa direkomendasikan pembangunan aliansi taktis di mana organisasi akan terlibat di sana. Atau, jika sudah ada, organisasi bisa bergabung, sesuai dengan visi misi dan kepentingan.

Sebagai contoh, kita bisa lihat penempatan posisi ini dari isu yang dibahas. Jika Kastrat ingin menyikapi UU Pendidikan Tinggi, Kastrat bisa menempatkan posisi gerakan. Apa sikap yang diambil oleh Kastrat? Jika sikapnya adalah menolak, maka Kastrat bisa membangun aliansi dengan organisasi yang menolak, masyarakat sipil, atau lembaga bantuan hukum (sebagai mitra untuk mengambil posisi di MK). Dan 'lawan'-nya juga bisa didefinisikan secara tegas: Bank Dunia, Kementerian Pendidikan Tinggi, fraksi-fraksi di DPR, atau organisasi mahasiswa yang sehaluan dengan mereka.

Sehingga, dengan posisi ini, organisasi bisa membangun gerakan. Tinggal bagaimana desain besar gerakan yang akan dibangun setelah menempatkan posisi ini.

(4) Membuat Desain Gerakan
Setelah memetakan posisi dan kondisi lapangan, Kastrat perlu membuat desain gerakan yang berkesinambungan. Oleh sebab itu, berbekal data lapangan dan posisi, aktivitas-aktivitas gerakan perlu diset dalam jangka waktu tertentu yang memudahkan organisasi untuk bisa mem-blow-up isu secara konsisten. Di sini, tugas Kastrat penting untuk merumuskan secara garis besar apa yang harus dilakukan oleh organisasi.

Desain gerakan pada dasarnya dibuat secara jangka panjang atau menengah. Desain gerakan ini akan menjadi 'payung' dan dasar untuk merencanakan agenda yang lebih taktis. Dengan demikian, desain ini perlu dirumuskan dalam jangka waktu tertentu dan targetan-targetan yang bisa dicapai.

Semisal, dalam konteks pengawalan isu UU Pendidikan Tinggi, Kastrat bisa merumuskan desain gerakan selama beberapa bulan. Misalnya, dalam jangka waktu 2 bulan, organisasi punya target untuk memasyarakatkan penolakan terhadap UU Pendidikan Tinggi di tingkatan daerah. Oleh sebab itu organisasi bisa membuat beberapa format agenda, dari aksi-aksi kecil, diskusi publik, konsolidasi, hingga aksi besar yang melibatkan semua jejaring dan aliansi gerakan yang sudah ada.

Penting untuk diingat, fleksibilitas perlu jadi bahan perhatian. Artinya, desain gerakan ini tidak saklekmelainkan perlu juga memperhatikan beberapa alternatif. Jadi, selalu ada plan A, plan B, plan C dan lain-lain dengan tingkat capaian yang tak jauh berbeda. Agar Kastrat tak kecewa jika hasilnya tak sesuai rencana.

(5) Merencanakan Agenda Taktis
Setelah desain besar gerakan dibuat dengan target-target tertentu, barulah Kastrat merencanakan agenda-agenda taktis. perencanaan agenda taktis ini dilakukan dengan mempertimbangkan desain besar yang sudah ada dan sumber daya organisasi.

Merencanakan agenda taktis berarti membuat list tentang apa saja agenda yang bisa diprogramkan terkait pengawalan isu tersebut. Hendaknya agenda-agenda tersebut dilaksanakan secara konsisten, tanpa terdistraksi oleh isu-isu lain (kecuali yang memang sama-sama penting). Sehingga, dengan agenda taktis, gerakan bisa lebih konkret dan kreatif. Agenda taktis juga akan berpengaruh terhadap 'suhu' gerakan di tingkat yang ingin dipengaruhi.

Agenda-agenda taktis sangat berbeda dengan program kerja rutin. Agenda taktis berarti membuat agenda programatik yang berada di bawah satu desain besar untuk mem-blow-up isu gerakan. Artinya, agenda taktis adalah implikasi dari penyikapan yang dilakukan. Sehingga, targetnya bukan hanya terkait target kuantitatif (semisal, berapa peserta diskusi atau seberapa banyak poster tersebar) tetapi juga bagaimana agenda tersebut mempengaruhi kondisi sosial-politik yang ada.

Sebagai contoh, untuk mengawal isu UU Pendidikan Tinggi, Kastrat bisa merencanakan aksi-aksi massa, baik dari satu organisasi ataupun yang bersifat aliansi. Dengan adanya aksi, diharapkan media bisa meliput dan isu ini jadi perbincangan di media. Selain aksi, Kastrat juga bisa menggelar diskusi untuk mewacanakan isu UU Pendidikan Tinggi ke publik. Bisa juga melakukan kajian terbuka yang isinya mengkritisi UU Pendidikan Tinggi. Agenda taktis lain, bisa juga dengan mengajukan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi sebagai langkah politik mencabut UU tersebut.

Sehingga, dengan perencanaan yang matang, kita bisa mengukur seberapa besar pengaruh gerakan yang kita rancang bagi mahasiswa, rakyat, dan negara. Inilah peran besar Kastrat.

Mewacanakan Gerakan
Selain berkutat di perencanaan Kastrat juga perlu ambil bagian di pewacanaan gerakan. Pewacanaan gerakan ini penting sebagai ajang untuk menyampaikan sikap gerakan kepada publik, juga untuk menambah wacana baru yang bisa dikaji untuk memperkaya gagasan yang sudah ada. Apa saja hal yang bisa dikontribusikan oleh Kastrat sebagai bagian dari pewacanaan gerakan?

(1) Diskusi Publik. Diskusi bisa dilakukan untuk menyampaikan sikap gerakan dan mengujinya kepada publik. Dalam konteks gerakan, diskusi perlu menghadirkan perwakilan dari organisasi dan penanggap. Diskusi perlu jadi semacam 'panggung' bagi gerakan untuk tampil, tanpa melupakan proses dialog. Penanggap tidak harus 'tenar', yang penting ia bisa memberikan respons secara proporsional bagi gerakan. Jangan sampai diskusi terjebak pada formalitas. Jadikanlah ia sebagai panggung wacana bagi gerakan.

(2) Jejaring. Kastrat juga bisa menggunakan jejaring organisasi untuk mewacanakan gerakan. Hal ini bisa dilakukan melalui temu tokoh atau kunjungan ke lembaga yang bersangkutan. Tujuan kunjungan ini adalah menggali dan mempertajam perspektif yang kita gunakan untuk menganalisis isu. Kita juga bisa membandingkan cara pandang mereka dan cara pandang organisasi ketika melihat isu yang diangkat. Kunjungan juga berguna sebagai wahana memperluas jaringan. Sebelum bertemu dengan tokoh atau berkunjung, siapkan materi dan list pertanyaan.

(3) Media Propaganda. Media penting untuk menyampaikan gagasan secara tertulis dan menyebarluaskannya ke kalangan yang lebih luas. Jika diskusi hanya bisa dilakukan kepada hadirin, media bisa menjangkau mereka yang tidak datang diskusi atau mereka yang belum tahu tentang isu yang diangkat. Oleh sebab itu,menjadi penting. Bentuknya bisa berupa selebaran, pamflet, poster, komik atau buletin yang bisa dibaca. Gunakan bahasa propaganda. Dengan adanya media sosial, propaganda juga bisa menggunakan media maya. Kemampuan desain diperlukan di sini.  

(4) Pernyataan Sikap. Kastrat juga bisa berperan ketika aksi dengna membuat kertas pernyataan sikap. Pernyataan sikap berbeda dengan press release. Pernyataan sikap memaparkan dengan gamblang sikap gerakan kita dan rasionalisasi yang melatarbelakangi sikap itu. Ia dibacakan oleh Koordinator Aksi di akhir demonstrasi dan tidak untuk dibagikan ke wartawan. Yang dibagikan adalabh press release yang ditulis oleh Tim Humas sesuai dengan kaidah jurnalistik dan kehumasan.  

Apa yang Dilakukan Sesudah Bergerak?
Terakhir, setelah bergerak, apa yang dilakukan? Evaluasi menjadi sesuatu yang penting. Setelah menyusun agenda pergerakan dan menjalankannya, organisasi perlu rehat sejenak untuk mengevaluasi pencapaian selama ini. Evaluasi perlu dilakukan dengan melihat pencapaian atas strategi yang dijalankan, apakah berhasil atau tidak.

Secara garis besar, ada beberapa hal yang bisa jadi acuan:
a.  Jika semua taktik berhasil maka strateginya berhasil.
b.  Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.
c.  Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih bisa berhasil dengan syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat strategis.
d.  Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik strategis yang lain gagal, maka strategi gagal.

Pada intinya, strategi dan taktik hanya instrumen dari pencapaian tujuan dan cita-cita gerakan. Jangan jadikan alat sebagai tujuan. Dan jangan salah dalam merumuskan tujuan. Jadilah, meminjam istilah Dahlan Ranuwiharjo, jadilah seorang 'pejuang paripurna' yang selesai dengan iman dan ilmu sebelum amal....

No comments:

Post a Comment

Thanks for stalking and commenting! :D

(I am really sorry for your inconvenience due to comments moderation. It is notable for me to deliver responses. Your understanding is really appreciated.)

"Ketika kamu mampu mencintai tanpa alasan, suatu saat nanti kamu pasti juga akan mampu meninggalkan tanpa alasan" "Bermain-mainlah dengan imajinasi, bermain-mainlah dengan mimpi" "Lebih baik diasingkan daripada harus menyerah pada kemunafikan" "Bermimpilah setinggi angkasa. Jika kau kelak jatuh, kau akan terbaring bersama bintang-bintang" "You have no rights to judge my way unless you've walked my path" "Aksi memang tidak selalu menjanjikan perubahan, tetapi tanpa aksi tidak akan pernah ada perubahan"